Kabar24.com, JAKARTA-Jasa kurir on demand di
Indonesia kini berkembang amat pesat. Perkembangan tersebut disokong
oleh canggihnya teknologi digital plus e-commerce yang semakin laris.
Kurir
on demand bisa didefinisikan sebagai jasa pengiriman instan, dapat
dipesan kapan saja dan dikirim saat itu juga. Tarifnya bergantung pada
jarak, berbeda dengan jasa kurir konvensional yang mendasarkan tarifnya
pada berat.
Di Indonesia, bisnis antar mengantar barang kategori ini sudah cukup
banyak. Didominasi oleh perusahaan penyedia jasa transportasi bermodal
kuat seperti Gojek dan Grab. Sayangnya penetrasi pasarnya masih dangkal.
Baru sebatas di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya atau
Makassar.
Namun nun jauh di pelosok Pulau Kalimantan, tepatnya di
Sangatta Kabupaten Kutai Timur, ada sebuah jasa kurir yang menawarkan
layanan instan mirip seperti kurir on demand macam Go-Send atau
GrabEkspress. Namanya Jakuza alias Jasa Kurir Sangatta.
Founder
Jakuza Eko Sulistianto kepada Bisnis bercerita mengenai awal mula dia
mendapatkan ide mendirikan usaha jasa kurir on demand. Usaha ini berdiri
pada Agustus 2015.
Uniknya, di tahun itu pula lah awal mula nama Gojek-yang dianggap sebagai pelopor kurir on demand di Indonesia-mulai naik daun.
Namun,
Eko menerangkan bahwa berdirinya Jakuza sama sekali tak terinspirasi
dari Gojek. Masuk akal, sebab di awal berdirinya Gojek mendeklarasikan
diri sebagai apikasi penyedia jasa transportasi. Go-Send sendiri justru
hadir belakangan. Sedangkan Jakuza sejak awal memang mendefinisikan diri
sebagai jasa kurir instan.
Jakuza berawal dari kejelian Eko
melihat peluang bisnis. Sangatta adalah kota yang mayoritas penduduknya
bekerja di tambang batubara. Dengan kata lain penduduknya disibukkan
oleh rutinitas pekerjaan. Di sisi lain bisnis jual beli online juga
semakin marak kala itu. Eko lantas berpikir bahwa perlu ada jasa yang
mengantarkan barang dari penjual online tersebut dan pembelinya.
Bisnis
logistik sebenarnya bukan hal baru bagi Eko. Dia pernah bekerja di
bagian logistik sebuah perusahaan milik grup Astra. Selain itu dia
pernah mendirikan usaha transportasi berbasis truk. Pelanggannya adalah
perusahaan-perusahaan tambang di sekitar Sangatta. Namun usaha tersebut
mandek lantaran jatuhnya harga komoditas batubara.
Awalnya banyak
yang sangsi dengan idenya. Usaha ini dicibir dan disebut tak akan
berhasil karena Sangatta adalah kota kecil dan orang-orang tak butuh
jasa seperti itu. Namun dia tetap optimistis. Eko juga mengakui bahwa
promosi bisnisnya banyak terbantu dengan booming Gojek di Jakarta.
"Banyak
yang telepon dan bertanya,'apakah ini seperti Gojek di Jakarta?' Saya
tinggal bilang mirip seperti Gojek. Jadi saya sangat terbantu dengan
hadirnya Gojek," ujarnya saat ditemui di Sangatta baru-baru ini.
Awal
mula bisnis Jakuza pun mirip dengan Gojek yaitu menggunakan telepon
sebagai sarana menerima order. Saat itu Eko belum terpikir membuat
aplikasi. Namun seiring semakin dikenalnya Jakuza di Sangatta, bulan ini
Jakuza resmi meluncurkan aplikasi yang diberi nama Jasa Kurir Apa Aja.
Eko
bahkan berencana melakukan ekspansi bisnis ke kota lain. Tak
tanggung-tanggung, targetnya adalah kota besar seperti Samarinda,
Tenggarong dan Balikpapan.
Kehadiran Jakuza di Sangatta sangat
membantu masyarakat terutama pebisnis online berbasis rumahan. Nur
Rahma, seorang ibu rumah tangga yang punya bisnis sampingan berjualan
perlengkapan bayi di Sangatta mengaku bisnisnya sangat terbantu berkat
hadirnya Jakuza.
"Saya bisa berjualan sambil tetap mengurus anak.
Tidak perlu repot-repot memikirkan bagaimana cara mengirim barang ke
pembeli," katanya.
Untuk tarif, Jakuza menerapkan sistem zona.
Jarak 0 kilometer-10 kilometer tarifnya Rp5000. Semakin jauh semakin
mahal, tetapi harga maksimal dibatasi Rp20.000. Jakuza juga melayani
pengiriman barang ke kota di sekitar Sangatta seperti Bontang dan
Bengalon.
USAHA BERBASIS SOSIAL
Kurir Jakuza saat ini
berjumlah 21 orang termasuk Eko yang masih sering ikut 'ngurir'.
Sebagian besar anggotanya adalah eks karyawan tambang yang terkena PHK
saat perusahaanya melakukan melakukan efisiensi besar-besaran akibat
jauhnya harga batubara dunia. Selain itu ada juga yang berasal dari
anggota klub sepeda motor.
Eko sengaja merangkul mereka karena
menyadari bahwa usaha yang baik bukan sekedar mengejar untung tapi juga
harus bermanfaat bagi orang lain.
"Daripada mereka cuma nongkrong tanpa menghasilkan makanya saya ajak anak-anak motor gabung," tuturnya.
Jakuza
juga kerap terlibat dalam berbagai kegiatan sosial di Sangatta. Bahkan
mereka punya aturan yakni ongkos kirim gratis jika barang yang diantar
adalah obat untuk orang sakit.
Mereka juga tak menganggap jasa
kurir lain seperti JNE atau TIKI sebagai pesaing. JNE cabang Sangatta
bahkan pernah meminta tolong kepada mereka mengirim barang saat kurir
JNE bermasalah.